http://paygold.blogspot.com
Sukses Mulia photo bannerSM-animasi_zps1672f039.gif
Showing posts with label tips bisnis. Show all posts
Showing posts with label tips bisnis. Show all posts

Monday, January 20, 2014

MLM Yusuf Mansur

http://leadervsi.com/topleader
#MLM 1. Seorang penulis buku, menulis buku. Diterbitkan oleh penerbit. &dipasarkan melalui perdagangan yg dikenal umum: Toko Buku.

#MLM 2. Setelah buku itu diterbitkan, si penulis buku ini diberitahu, bhw bukunya sudah ada di toko2 buku. Utamanya di toko2 buku bsr.

#MLM 3. Maenlah dia ke toko bk bsr di kotanya. Apa daya, “sistem” toko bk, tdk mngenali pnulis buku. Ia hny mngenali pmbeli buku.

#MLM 4. Pmbeli yg “dikenali” pun, hny yg bnr2 beli, &byr. Yg hny liat2, apalagi yg buka2 plastik, malahan ditegor.

#MLM 5. Jika si toko buku tdk pny sistem Customer Service yg excellent, maka bnr2 hny pembeli yg beli buku, yg niscaya bkl diwongke.

#MLM 6. Diwongke tuh maksudnya, diorangkan. Disenyumi, diterimakasihi, dilayani.

#MLM 7. Si penulis melihat2 bukunya, membolak2in bukunya, senyumnya berkembang. Alhamdulillaah, buku saya terbit, katanya dlm hati.

#MLM 8. Seorang pelayan melihatnya. “Ga jadi beli Pak?” Kata pelayan itu, sambil berusaha senyum.

#MLM 9. Jawab si penulis, “Oh engga. Saya yg nulis koq malahan.” Jawaban si pelayan, “Ooooohhh… Bapak yang nulis…”.

#MLM 10. Segitu doang. Bnr2 segitu doang. Ga lebih. Ga ada tawaran teh manis bagi penulis buku. Sbg ungkapan trm ksh, sbb…

#MLM 11. … Sbb dg izin Allah, buku2 penulis lah yg mmbuat pelayan itu bs kerja, toko bs buka…

#MLM 12. Tp itulah… Ga dikenal si penulis itu, oleh sistem jual beli biasa. Aplg 1 toko yg mrs diperlukan, bukan dia yg diperlukan.

#MLM 13. Bruntung, alhamdulillaah, mayoritas penulis buku, ikhlas2. Mrk menulis u/ Allah. Dan menulis u/ menulis. Tdk brharap lbh.

#MLM 14. Episode berikutnya, seorang pembeli. Ini seorang pembeli. Bukan lagi penulis. Ini pembeli.

#MLM 15. Ada orang yg membeli buku si penulis tsb. Dan trnyata bagus. Dia senang bacanya. Bahkan dia referensikan kpd yg lain.

#MLM 16. Dia aja ketika beli, g dpt diskon. Kcuali “seadanya”. Aplg ktika “merefrensikan”. Tmbh g bkl dpt apa2 dari transaksi itu.

#MLM 17. Memang penulis dpt royalti. Tp itu dari penerbit. Dari percetakannya. Bukan dari toko buku.

#MLM 18. Semakin banyak yg trjual, akan semakin banyak royalti yg didapat. Tp ini ttp ga akan sebanding dg “pendapatan” toko buku.

#MLM 19. Penulis biasanya dapat royalti 5-10% dari harga buku kotor. Sdg toko buku, dpt 40-50%. Agen2 kecil bs dpt 20-30%.

#MLM 19. Suatu hari, ia bahkan bukan cuma mempromosikan. Tp mengajak kawannya ke toko buku besar. “Yuk, saya temenin beli buku saya…”

#MLM 20. Sampe di kasir, ia yg nemani, ga beli, berdiri sejajar dg kawannya yg pegang buku dan mau bayar. Posisinya, jelas bukan ngantri.

#MLM 21. Si penulis buku ini, yg mempromosikan, yg mereferensikan, bahkan nemani sampe ke kasir, malah ditegor kasir…

#MLM 22. Apa kata kasir? “Pak, ngantri ya, maaf.” He he he, disangkanya, nyelang. Padahal nemenin.

#MLM 23. Begitulah. Sistem toko biasa, seperti toko buku tdk mengenal “terima kasih”. Apalagi bagi2 bonus, buat yg merefrensikan.

#MLM 24. Beda dg MLM. Beda dg MultiLevelMarketing. Beda konsep&prinsip. Dibanding penjualan retail, yg kdg dikuasi grup bsr.

#MLM 25. Dan dunia retail pun, sdh terkuasai pula oleh segelintir grup besar saja. Pasar yg demikian banyak, besar, jd skdr pasar.

#MLM 26. Bukan pelaku. Tidak diajak ikut mencicipi. Seperti kasus penulis dan pembeli yg merefrensikan tadi.

#MLM 27. Sayang, bnyk MLM bodong. Yg memanfaatkan situasi&keadaan. Pdhl sesungguhnya ia MoneyGame. Gak lbh dari skdr penipu.

#MLM 28. Kalo bnr ia MLM murni, maka ia akan menguntungkan, menyejahterakan, memberi manfaat, di semua jenjangnya.

#MLM 29. Ga ada yg cuma jd korban.

#MLM 30. Bahkan, ketika membernya hanya member, ia akan mendapatkan banyak kemudahan mendapatkan produk.

#MLM 31. Dunia MLM banyak cacat dengan kehadiran MLM money game. Tanpa ikhtiar, tanpa kerja. Hanya rayuan belaka.

#MLM 32. Dari tweet contoh hari ini, andai buku tsb di-MLM-kan, maka kisahnya ga akan jadi begitu. Tp syaratnya, ya MLM yg bnr.

#MLM 33. Sbnrnya, MLM itu sederhana. Pay-out/rabat, yg diberikan ke toko buku tsb, misal 40-50% tadi, dijadikan sistem berjenjang.

#MLM 34. Skdr merefrensikan saja, aplg bs jd stokis, jd agen, maka ia akan dpt bahagian dari rabat yg tdnya “hny” didpt oleh 1 toko sj

#MLM 35. Tntu ada pro kontra. Dan itu ya wajar saja. Bukan saja awal Ramadhan, &Lebaran, he he he. Di bnyk hal, bnyk emang perbedaan.

#MLM 36. Krn itu, saya santai aja ketika memutuskan mendirikan, &mngembangkan MLM e-Miracle. Air Miracle. Air kesehatan.

#MLM 37. Ini bukan miracle yg selebaran loh ya. Itu mah penipuan. Ini saya produksi air kesehatan. Dg izin Allah, jd obat&mnjg kesehatan.

#MLM 38. Sistem penjualannya, saya bikin berjenjang, dg sistem MLM. Saya punya pandangan&dasar prinsip yg berbeda. It’s not a moneygame.

#MLM 39. Maka ketika pula saya munculin MLM lain, yg bergerak di bidang payment, yakni VSI, saya pun ttp pd pendirian saya.

#MLM 40. Skrng, dunia pembayaran2/payment, listrik, dll., dah keliatan, ditelen pula oleh grup retail besar. Ga kebagian dah kita mah.

#MLM 41. Blm lama, ada seorang ustadz cerita. Dia ngantri di loket kereta api. Bahkan di customer service. Ga dpt tiket.

#MLM 42. Disarankan u/ beli di salah 1 toko ritel. Eh, hanya bbrp menit, dapet. Lsg diprint. Luar biasa.

#MLM 43. VSI, MLM yg bergerak di bidang payment. Semua orang bs jd agen pembayaran. Hanya dg gadget yg dia pegang&punya.

#MLM 44. Keuntungan yg sy dpt, dari porsi persentasi yg didapat dari pembayaran2 tsb, itu yg saya MLM-kan. Jd pendapatan brjenjang.

#MLM 45. Baik e-Miracle, maupun VSI, bukan money game. Saya mencoba menjalankan MLM yg bnr, yg lurus, yg ga maen2&bercanda.

#MLM 46. Sekali lg, kwn2 boleh berbeda pendapat. Fastabiqul khairat saja.

#MLM 47. Hasil dari MLM e-Miracle, saya wakafkan 100%. Dan saya pengen, semua menikmati potensi jualan air&macam2 produk kesehatan nantinya.

#MLM 48. Saya malah berharap, air yg sdh dikuasai asing, bisa direbut kembali. Kalau besar, e-Miracle saya amanahin u/ take-over air asing.

#MLM 49. Balik lagi akhirnya soal niat, &proses. Niat bener, proses bener, kenapa engga? Bnr2, jgn ampe salah di niat&proses.

#MLM 50. Kl prl, kecap,garam,cabe/bumbu2,beras,sayur,buah, di-MLM-kan. Spy pasarnya ga dikuasai&dikendalikan segelintir orang.

#MLM 52. Kembali ke buku, sbg contoh awal produk. Ssungguhnya, penulis, brsm pmbaca, bs menikmati jg smua potensi ekonominya. Salam.

#MLM 51. Apalagi bisnis2 yg skrng ini telanjang diliat oleh mata, dikuasai bnr oleh segelintir sj. Bangsa Indonesia, jd pekerja saja.

#MLM 52. Tidak ikut menikmati potensi keuntungan, dan potensi ekonomi. Bahkan tdk jarang, dunia retail, nginjek2 supplier.

“@arie_mahardika: MLM itu ada brg & omset. Kl pmbagian bonus cm dr uang p’daftaran angg: money game (Yap. Ini yg bikin cacat dunia MLM).

#MLM 53. Bikin dah dari hulu ke hilirnya. Mulai dari proses tanam, hingga jual, MLM punya. Allahu akbar dah kalo emang bnr jadi.

MLM yg baik, ga akan nambah beban ke pembeli. Yg di-pay-out-kan, memang keuntungan yg wajar. Seperti contoh buku tadi, bila dijadikan MLM.

Dunia MLM juga, dunia silaturahim, belajar, mengajar, saling membesarkan. Bukan antara penjual&pembeli, yg kering tanpa ruh.

Sunday, January 19, 2014

Desain Kemasan, Sensasi Rasa dan Peningkatan Omset

Pernahkah kita melakukan hal ini, menuangkan teh yang ada di Teh Botol Sosro ke gelas biasa, tanpa es atau tambahan lainnya? Bagaimana rasanya? Pernahkah Anda menuangkan Susu Ultra Coklat ke gelas biasa, tanpa tambahan apa pun? Bagaimana rasanya? Pernahkah Anda membeli kopi dari Starbuck, lalu dibawa pulang. Di rumah Anda hidangkan dengan gelas biasa, tanpa label apa-apa.

Dan masih banyak lagi. Jika kita mau jujur, pasti ada sesuatu yang “hilang” ketika kita melakukan hal-hal tersebut. Itulah kekuatan sebuah desain kemasan. Desain kemasan bekerja memberi sensasi rasa tertentu terhadap produknya. Ia bekerja menambahkan konteks pada konten yang sedang kita nikmati. Teh dan susu coklat yang kita minum di gelas, tanpa botol dari Sosro-nya atau tanpa kemasan kotak dari Susu Ultra-nya akan kehilangan “rasa” tertentu. Dan ini bukan omong kosong, sebab memang manusia itu adalah “makhluk persepsi”. Di mana yang bermain adalah persepsi.

Anda membeli kopi di Starbuck lalu Anda bawa pulang? Mending beli Moccachino aja, seduh sendiri di rumah :) Yang mahal dari Starbuck ya “desain kemasan” gerainya, sensasi minum disananya, kalau dibawa pulang, Anda sudah melakukan pemborosan hingga lebih dari setengah harganya! Kalau makan fried chicken seperti KFC, CFC, Texas, dll yang paling enak justru karena makan di sana menikmati restorannya. Makan sambil dilihat orang yang lalu lalang (kata orang mirip aquarium).

Tanpa kemasan, shampo, body shower, dan kawan-kawannya “hanyalah” cairan kental berwarna putih atau biru muda. Yang membuat mereka menjadi lebih powerful adalah desain kemasannya. Klaim-klaim soal kelembutan, keharuman, bisa menghilangkan kuman, ketombe, dll adalah klaim dari konten yang masih perlu dibalut konteks. Beruntunglah perusahaan-perusahaan besar “sebangsa” Unilever yang bisa membuat molding sendiri bagi kemasan produknya dan membuat desain kemasannya kian “ciamik”. Semua ini sangat membantu meningkatkan persepsi konsumen terhadap keunggulan produk mereka.

Bagaimana Sebuah Desain Kemasan Memberikan Sensasi

Sebagai marketer atau pebisnis masalah pentingnya desain kemasan ini seharusnya sudah “lewat”. Sekarang sudah saatnya fokus diarahkan mencari positioning yang tepat pada produknya dan membahasakan positioning itu dalam desain kemasan yang baik dan profesional. Jika di saat-saat ini banyak produk sudah melakukan “perang persepsi”, maka sungguh sangat ketinggalan jika kita masih bermodalkan keunggulan konten “doang”.

Salah satu keunggulan jualan produk adalah bisa diproduksi massal. Namun kelemahannya, ya produknya sebenarnya “begitu-begitu” saja, mirip-mirip saja. Kalau Anda punya keunggulan, demikian pula produk lain. Maka PR selanjutnya adalah bagaimana kita bisa membangun persepsi, sebuah positioning yang melekat di benak konsumen dan bagaimana mengkomunikasikan positioning tersebut. Salah satunya dengan desain kemasan tersebut.

Adalah sangat menyedihkan jika kita menemui produk-produk bagus, berkualitas tinggi, bahkan sebagiannya lebih bagus dari produk-produk branded sekali pun namun tidak dikemas dengan baik. Hal ini membuat produk mereka kurang “greget” di pasaran. Laku sih laku, tapi kurang booming. Sebabnya sederhana, mereka tidak berinvestasi secara khusus di desain kemasan-nya. Bagi mereka berinvestasi pada kemasannya saja (pada material kemasannya saja) sudah cukup. Dan ini terjadi bisa karena dua hal : ketidaktahuan pentingnya desain kemasan atau “tidak mau diberitahu”.

Beberapa kasus sering terjadi adalah beberapa pebisnis merasa sudah sangat sukses dengan penjualan yang didapatkannya dan tidak melakukan pengembangan lebih lanjut termasuk pada sesuatu yang bisa meningkatkan added value produknya. Desain kemasan yang profesional adalah cara untuk meningkatkan added value saat pengembangan konten produk sudah mulai jalan di tempat. Sebab desain kemasan yang profesional bisa meningkatkan “kemanfaatan” produk walau hanya secara persepsi. Namun semua tentu sah-sah saja, toh mayoritas konsumen hidup dalam dunia persepsi, bukan dunia sebenarnya.

Pilihan warna dominan, tipografi (font/huruf), bentuk, ilustrasi gambar sampai dengan lay out adalah hal-hal visual yang mempengaruhi sensasi rasa dari produk inti kita. Dengan menggunakan foto busa sabun, kita diperlihatkan dan dipersepsikan akan kesegaran. Dengan diperlihatkan kopi atau susu yang sedang dituangkan, kita bisa berimajinasi soal lezatnya rasa minuman dalam kemasan tersebut. Contoh-contoh itu adalah sebagian kecil bagaimana rasa dipengaruhi sensasi visual. Belum lagi kita bicara soal bentuk (shape) dari kemasan yang bisa meningkatkan citra produknya.

Dari paparan di atas, mari kita lebih peduli pada kemasan produk kita. Mari beri konsumen “sensasi rasa” yang membuat mereka terikat secara emosional dengan produk kita. Sekali lagi, bukan berarti kualitas konten tidak perlu. Ini hanya upaya kita menambah added value produk agar bisa menang di pasaran. Ujung-ujungnya kan peningkatan omset juga. Kalau konsumen sudah terikat, loyal, repet order akan terjadi. Bahkan jika kita beruntung, mereka bisa jadi brand ambassador bagi produk kita sehingga produk kita akan dipromosikan secara gratis oleh konsumen kita sendiri.


Hendro Tri Rachmadi

www.SimpleStudioOnline.com

Sumber : tangandiatas.com

Wednesday, January 15, 2014

Entry Barrier

Tahukah anda?

Tahun 90-an, seorang peneliti bule pernah menemukan satu potong celana buntung bertuliskan Made in Indonesia di sebuah supermarket di London, Inggris. Harganya setelah dikurs rupiah adalah Rp. 112.000,- Di Jakarta, ia mendatangi pabrik yang memproduksi celana olahraga tersebut, dan ia bertanya kepada salah satu buruhnya. Berapa upah membuat satu potong celana ?

Fantastis. Sang buruh menjawab, hanya Rp. 500,-  Angka itu bukan salah ketik. Lima ratus perak. Lebih murah daripada biaya sewa toilet di Stasiun Gambir waktu itu.

Di tempat yang sama, peneliti itu juga menemukan sepasang sepatu merk terkenal, yang harganya mencapai Rp. 1,4 juta. Di Jakarta, ia kembali terkesima karena buruh pembuat sepatu itu hanya diberi upah tidak lebih dari Rp. 5.000,-  Lima ribu rupiah. Tidak lebih mahal daripada seporsi gado-gado.

Di beberapa media olahraga, ia pun akhirnya mengetahui, bahwa nilai kontrak tahunan seorang Tiger Woods dengan salah satu produsen sepatu olahraga, jumlahnya lebih besar dari total upah buruh dari pabrik sepatu tersebut di Indonesia selama satu tahun.

Saya tidak berkehendak untuk menjadi provokator bagi para buruh di pabrik sepatu atau garmen di atas. Masih banyak pelajaran yang lebih penting daripada sekedar mogok beramai-ramai, membuat  jalan tol macet, kendaraan umum lumpuh atau membakar pabrik yang justru berakibat kontra produktif.

Tiger Woods, seperti kita ketahui, adalah seorang pemain golf yang luar biasa. Ia menekuni olahraga golf dari umur di bawah sepuluh tahun. Dan ia memilih sebuah bidang yang entry barrier (tingkat hambatannya) tinggi. Bukan karena tidak setiap orang bisa main golf, tetapi karena hanya sedikit orang yang bersedia bersusah-payah berlatih, untuk menjadi pegolf handal. Dan bayaran yang lebih tinggi daripada jumlah upah buruh sebuah pabrik sepatu, adalah konsekuensi logis dari kerja kerasnya sejak kecil.

Apa yang salah dengan kita ? Kalaupun harus mencarinya, kesalahan kita mungkin karena kita lebih senang memilih bidang-bidang pekerjaan yang entry barrier (tingkat hambatannya) rendah.  Mohon maaf. Setiap orang bisa jadi buruh pabrik sepatu atau garmen, karena keterampilannya sangat mudah dikuasai.

Dan ketika para buruh ramai beraksi mogok kerja, pabrik pun tidak terlalu peduli karena masih banyak calon buruh yang antri mau bekerja. Apalagi di negeri ini, yang stok penganggurannya banyak sekali. Berbeda dengan Tiger Woods. Saat ini, sangat sulit mencari penggantinya. Walau popularitas menurun karena kasus perselingkuhan, keterampilannya memainkan stik golf sulit ditandingi. Dan sampai hari ini, ia masih terus berlatih dan berlatih. Dan nilai kontraknya tiap tahun naik terus.

Tidak bijak jika kita hanya bisa mencari masalah dan kesalahan. Solusi dari masalah itu, adalah memilih bidang-bidang pekerjaan atau usaha dengan entry barrier yang tinggi, serta kemauan untuk terus belajar dan belajar, untuk meningkatkan kemampuan diri. Konsekuensinya, hal itu membutuhkan perjuangan berat. Kerja keras. Dan kitalah yang harus melakukannya sendiri.  Bukan orang lain. Kita tidak bisa menyuruh orang lain berolahraga untuk menjadikan diri kita kurus.

Be yourself …
Zainal Abidin
@jayteroris
Direktur Pengawasan dan Kepatuhan TDA
Headmaster SekolahMonyet.com

Friday, January 3, 2014

Ciptakan Nilai ! Tidak Hanya Keuntungan



dilakukan, masih jauuhhh !” itu kata terucap ketika bersama bos-bos TDA hadir di Seminar Triple Value Your Business by Budi Isman (Mantan CEO PT. Sari Husada), Juni 2013 6 bulan yang lalu, sudah lama ya.

Triple Value Your Business? Ya bisnis naik tiga kali lipat ? Apanya yang menjadi Triple ? Sales ? Profit ? bukan ! Tapi Nilainya ! Nilai perusahaan secara keseluruhan, yang direpresentasikan oleh harga saham atau valuasi perusahaan. Wah, ini kelas berat, jauh dari angan saya yang UKM. Boro-boro mikirin nilai, yang dipikirin cuman sales dan profit ! padahal ini hanya salah satu komponen saja dari nilai perusahaan.

So, bagaimana sih nilai perusahaan bisa tinggi, sangat disenangi pemegang saham, dicintai karyawan, supplier dan distributor sangat percaya, investor pengin banget invest, bahkan bank ngejar-ngejar pengin kasih pinjaman ?

Saya coba re-sharing hasil seminar itu, walaupun kasusnya korporasi, saya selalu coba analogikan dengan bisnis saya yang UKM.

Ada 10 komponen yang harus diperbaiki nilainya terus-menerus, sebagai langkah meningkatkan nilai bisnis kita, tidak peduli masih UKM, kalau think-nya mampu korporasi, ya harus dicoba.

1. Bisnis kita harus termasuk di kategori industri yang sedang tumbuh
Wah, baru poin satu aja sudah berat, itu bukan buat yang masih bingung mau usaha apa, atau niatnya cuman ikutan tren jadi pengusaha, apalagi cuman bisnis sampingan. Tapi ya memang betul. Untuk itu, mumpung belum melangkah jauh, saat-nya merenung ulang bisnis kita, apa berada di kategori industri yg tumbuh, yang punya masa depan. Bagaimana untuk tahu ini ? Ya baca banyak banyak informasi bisnis.

2. Bisnis kita harus tumbuh sustain, bukan lompat-lompat
Sering kan dengar cerita bisnis melesat dalam sekejap, lalu lenyap sekejap pula?  Bisnis dengan nilai tinggi adalah bisnis yang tumbuh sustain, bisa perlahan atau cepat. Tumbuh yang sehat, bukan tumbuh yang tidak stabil atau lompat-lompat.

3. Bisnis kita harus punya potensi mengusai market share
Buat UKM, market share itu bahasa langit. Ngitung-nya aja susah ngga tahu caranya. Cari tahu Market Size bisnis kita aja pusing, bagaimana ngitung market share. Tapi ngga usah pusing, simpelnya, yang penting sustain tumbuh, ya moga-moga market share-nya jadi naik.

4. Bisnis kita harus punya Brand, Paten atau Formula
Kita sudah kenyang baca cerita sepatu Nike itu hanya punya brand, ngga punya pabrik. Brand-nya lebih besar nilainya dari aset perusahaannya. Sudah tahu itu, kita UKM masih abai dengan Brand. Ayo mulai berpikir Brand, bisa brand produk, brand toko. Kalau punya paten keren, apalagi formula, ramuan rahasia, makin keren. Yang penting segera daftar ke HAKI, murah kok mulai dari hak cipta logo, brand sesuai kelas, dll. Ini sudah wajib buat UKM, daripada brand-nya dibajak orang.

5. Bisnis kita harus punya struktur biaya yang baik
Apa itu struktur biaya? Cara gampangnya gini. Cari laporan keuangan perusahaan TBK di internet. Baca. Disitu jelas, misal, net profitnya 5%, biaya operasional 10%, biaya promo 1%, biaya karyawan 3%, dst. Kita hanya perlu tahu persentase-nya saja, yg dihitung dari omset total. Struktur biaya menentukan profit bisnis, jika dikelola dengan baik, profit-nya baik pula.

6. Bisnis kita harus punya Cash Flow positif
Saya paling bosan baca kalimat Cash is a King. Sudah tahu! Tapi bagaimana caranya supaya cash flow positif terus? Itu yang paling penting diketahui. Ini bukan hal mudah, ini problem utama UKM, sampai lupa banyak hal lain. Tapi sudah banyak buku bahas ini, so intinya masih harus banyak baca dan coba action. Karena di ilmu financial literacy, OCF (Opreating Cash Flow) adalah penting banget, dan nilainya tinggi bagi bisnis kita.

7. Bisnis kita harus punya Profit Margin yang baik.
Kalau Cash is a King, Profit is a King Kong! lebih puyeng lagi kan? Punya profit margin yang baik adalah kompleks, tapi tetap bisa diusahakan. Profit yang baik adalah profit yang bertambah besar, bukan malah profitnya mengecil. Banyak cara untuk meningkatkan profit, kalau 6 poin diatas baik, profit bisa membaik.

8. Bisnis kita harus punya Management Tim dan People
Apalagi ini? Kita owner-owner UKM ini paling bangga disebut CEO, tapi CEO bodong, alias Chief Everything Officer. Semua masih dilakukan sendiri. Padahal bisnis paling sehat dan bisa berumur panjang itu kalau punya tim dan orang-orang terbaik. Tapi pernah saya dengar sendiri dari seorang konglomerat, ketika saya mengeluh susahnya membangun management team, jawabnya simpel : ngga peduli UKM, korporasi dan konglomerasi, cari management team itu memang susah. So, ya harus cari terus menerus tiada henti selama berbisnis.  Jangan mengeluh lagi!

9. Bisnis kita harus punya Legalitas & Financial yang baik
UKM terlalu nyaman tanpa badan hukum, apalagi bayar pajak. Tapi sang konglomerat menasehati saya lagi, “kamu selamanya nggak akan bisa besar kalau nggak berbadan hukum dan bayar pajak !” Bisnis bernilai tinggi itu berbadan hukum, walau cuman UD atau CV. Juga semua hal administrasi keuangan tercatat dengan baik, bisa diaudit. Kalau belum mampu bayar akuntan, temukan cara mencatat keuangan yang paling mudah menurut kita, walau hanya kita sendiri yang bisa baca.

10. Bisnis kita harus Potensial
Jadi jika semua poin diatas dilakukan, lama-lama bisnis kita punya potensi yang bagus, mulai dari potensi industri, potensi pertumbuhan, penguasaan market share, potensi biaya, dll. Dengan sendirinya bisnis kita akan bernilai tinggi.

10 hal yang ngga mudah buat UKM. Ini suatu pekerjaan rumah yang panjang, bukan pekerjaan kebut semalam. Tapi kalau ingin besar, bisnis kita bernilai tinggi, ya itulah cara-cara yang sudah pernah dilakukan oleh Budi Isman. Saya hanya sering menggunakan cara goblok dan sederhana untuk bisa menerapkan di bisnis UKM saya. Yang penting dilakukan, sampai kapan bisa 10 komponen itu lengkap saya lakukan, ya ngga tahu !

Selamat merenung, naik kelas, melebarkan pemahaman, mulai melakukan langkah-langka mewujudkan bisnis kita. Mulai Create Value, Tidak Hanya Profit.

Rosihan
Founder & CEO SAQINA.COM
www.saqina.com

Sumber : tangandiatas.com
“Wah pekerjaan rumah kita masih banyak, masih banyak yang belum Create Value ! Tidak Hanya Profit

Thursday, November 28, 2013

Jangan Malu Terlihat Miskin

malu-miskin
Sanggup membeli bukan berarti kita harus membeli dan memiliki. Beberapa kali ibu-ibu temannya istri saya menawarkan tas dan baju-baju mahal. Istri saya hanya tersenyum dan menggeleng. “Tas dan baju saya masih bagus dan belum rusak, dan itu terlalu mahal buat saya,” tukasnya. Dan istri saya tidak malu terlihat miskin.

Saya biasanya makan di warung lotek di salah satu sudut kota Bandung dan sering berbincang dengan salah satu tukang parkir begitu asiknya. Dan saya sering makan di situ kalau belanja untuk kebutuhan usaha saya. Sampai si bapak tukang parkir itu hapal terhadap saya.

Di tahun 2005, saat itu saya masih jadi konsultan keuangan untuk proyek Bank Dunia dan saya mulai merintis usaha saya dengan teman saya. Tidak ada yang perduli dengan status profesi saya itu. Yang mereka tahu saya suka belanja dengan mobil boks dan kadang naik angkutan umum. Jadi tidak sedikit yang menyangka saya sebagai supir. Dan saya tidak malu terlihat miskin.

Jangan malu terlihat miskin, tapi malulah ketika kita pura-pura kaya.

Salah satu modal untuk berwirusaha adalah jangan malu terlihat miskin. Saya memiliki teman yang menjabat posisi cukup baik di perbankan dan dia menjabat jabatan yang sangat baik. Dia sering berkelakar ingin keluar dari posisinya sekarang dan ingin jadi pengusaha tapi sudah delapan tahun lebih tidak pernah dilakukannya, meski sampai sekarang kelakarnya tetap sama. Sebab dia tidak mau keluar dari zona nyamannya. Sederhana saja, ketika kita memulai wirausaha kita akan selalu banyak berhitung dan itu memang terlihat miskin dan susah.

Berwirusaha itu kadang kita harus tebal muka, tebal hati, dan tebal tekad. Rumusan sederhana jadi pengusaha adalah membeli lebih murah menjual lebih mahal. Banyak di antara kita yang mau memulai usaha itu selalu dengan alasan nunggu modal. Padahal rumusan di atas itu sangat sederhana, kita lah yang sering membuatnya rumit.

Waktu Rasulullah hijrah ke Madinah, Abdurrahman bin Auf ra, dipersaudarakan dengan seorang Anshor bernama Sa’ad bin Rabi’ ra. Sa’ad kemudian menawarkan separuh hartanya kepada Abdurrahman bin Auf sebagai perwujudan rasa cinta terhadap saudara barunya. Namun beliau menolak dan hanya minta ditunjukkan jalan menuju pasar untuk memulai usaha.

Jadi modal bukanlah alasan untuk memulai berwirusaha. Dan janganlah malu terlihat miskin, tapi malulah ketika kita pura-pura kaya. Dan sayangnya, di sekeliling kita yang kedua terlihat lebih banyak.

Sumber : islampos.com

Monday, April 1, 2013

Trik Bikin Betah Karyawan: Jadilah Temannya

Menjadi pengusaha ternyata asyik sekali. Hal ini turut dirasakan Iman melalui Mochilok yang dirintisnya. Semasa menjadi karyawan, dia harus berkutat dengan rutinitas bangun pagi, pulang malam, dan lembur berhari-hari ketika deadline. Sekarang Iman merasa lebih santai dan dari segi penghasilan pun sangat jauh perbedaannya. Dalam satu hari, ia bisa mengantongi pendapatan sebesar berkali-kali lipat gajinya semasa karyawan dalam sebulan. Berawal dari coba-coba, kini Iman mantap melangkahkan kakinya di bidang wirausaha.

Dengan menjamurnya usaha kuliner di Kota Bandung seperti sekarang, dia pun punya kiat untuk bertahan. “Kalau mau eksis, kita harus beda dan jangan jadi follower. Bikin mochi itu susah, harus siap begadang dan capek. Mungkin Mochilok muncul di momen yang tepat saat orang jenuh dengan jajanan yang ada. Kemudian kami muncul dengan makanan baru,” tukas Iman.

Keberlangsungan roda usaha yang baik tentu saja harus dibarengi pula oleh peran pemerintah dalam membangun iklim usaha. Lantas pernahkah Iman bertemu kendala dalam hal ini? “Seingat saya nggak ada, palingan saat bikin surat aja sih agak kelamaan. Ketika Mochilok baru jalan dua bulan, saya lihat potensinya ternyata bagus. Akhirnya saya urus untuk bikin hak paten, nah prosesnya ini yang bikin capek,” ungkapnya.

Dengan omzet saat ini yang mencapai Rp 7 juta per hari, Mochilok turut membuka lapangan kerja bagi orang lain. Saat ini jumlah karyawannya sudah sebanyak 12 orang. Dengan waktu produksi yang berjalan setiap hari (kecuali Minggu) dari pagi hingga malam, mereka rupanya tetap enjoy dan bersemangat.

“Ada baiknya juga dulu saya berpindah-pindah tempat kerja karena jadi tahu berbagai karakter bos. Dari pengalaman jadi karyawan, saya tahu karakter bos yang menyebalkan itu bossy dan galak. Sedikit-sedikit ngomel. Saya sih bersikap kayak teman saja, santai. Jadi meskipun kerjanya capek, mereka tetap betah dan loyal. Kalau bossy kan jadinya karyawan segan dan malas ngomong kalau ada apa-apa. Ujung-ujungnya ngomongin jelek di belakang. Kerja pun jadi nggak ikhlas dan nggak barokah,” papar Iman. ***

[Penulis : Hanifa Paramitha Siswanti

Sumber : nyataindonesiaku.com

Tuesday, January 29, 2013

PILIH BERBISNIS ATAU LANJUT BERKARIER YA?

Setiap orang pasti memiliki rencana dalam hidupnya. Salah satunya, tentang bagaimana ia akan menikmati hari tua kelak. Alternatif yang bisa dipilih? Dengan mengumpulkan cukup simpanan dana pensiun...atau memiliki usaha sendiri yang cukup menghidupi.?

Namun justru seringkali, tidak perlu menunggu hari tua untuk memulai usaha sendiri. Beberapa orang memutuskan untuk memiliki usaha sendiri ketika masih di usia produktif.

MANA YANG LEBIH TEPAT ?

Berikut beberapa share pengalaman , agar tidak terjerumus pada keputusan yang kurang tepat sebelum memutuskan mengakhiri karier dan memulai usaha sendiri.

1. BACA PELUANG.
Pada dasarnya yang dilihat dari sebuah pilihan berkarier atau wirausaha, bukan sekadar peluang. Peluang itu akan selalu ada. Tapi yang paling penting untuk diperhatikan adalah apakah peluang itu bisa menjadi prospek yang benar2 bagus untuk masa depan kita?

Pahami jika ini sudah melewati pertimbangan yang matang. Semua pilihan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan.

Cara terbaik mengetahui pilihan yang tepat adalah dengan membuat pertimbangan peluang bisa memberikan prospek yang bagus bagi diri kita ke depan. Bila prospeknya bagus dan hal itu bisa terjadi, maka apapun pilihannya takkan jadi masalah.

2. FOKUS PADA TUJUAN.
Sebelum memilih untuk berwirausaha, pahami bila pada setiap usaha pasti akan mengalami masa sulit. Tanamkan dalam pemikiran, usaha adalah proses. Di dalam proses tersebut, selalu ada saat yang bagus namun ada juga yang tidak bagus.

Apabila datang masa yang sulit, cobalah ingat kembali jika salah satu alasan memilih berwirausaha, karena prospeknya ke depan kita nilai lebih menjanjikan. Paling tidak akan lebih baik dari kondisi saat ini.

Hal penting lain yang patut dicatat, selalu FOKUS pada tujuan di masa depan.

Mungkin akan selalu ada goncangan kecil dalam perjalanan mencapai tujuan, tapi jangan sampai menghancurkan keyakinan. Apalagi hingga menghilangkan harapan pada tujuan di depan.

3. BISA KAPAN SAJA.
Pilihan berwirausaha sebenarnya bisa dilakukan KAPAN SAJA. Apakah ketika masih di usia produktif, maupun ketika sudah memasuki masa pensiun. Prinsipnya bila merasa pilihan dan peluang yang diberikan bisa mendatangkan prospek bagus, mengapa tidak?
Prospek yang baik ini bukan hanya dilihat dari kekayaan atau kesejahteraan yang bisa dicapai, namun juga memberikan aktualisasi diri...

Mengenai penentuan kapan berwirausaha dapat dimulai, lebih cepat dimulai tentu lebih baik. Ingat, WIRAUSAHA ADALAH SEBUAH PROSES, bukan seperti bekerja dan menerima gaji secara langsung setelah 1 bulan kita menerima pekerjaan.

Hasilnya baru akan dipetik setelah usaha membuahkan hasil dan keberhasilan itu datang tidak dapat diprediksi. Bisa cepat, bisa juga lambat. Tergantung bagaimana seseorang menjalani proses tersebut.

4. ASURANSI USAHA
Semua kegiatan pasti ada risikonya, termasuk juga usaha. Dan, saat ini, Anda dapat memilih menanggung risiko itu sendirian dengan kekayaan pribadi, atau dengan meletakkan risiko tersebut ke orang lain dengan asuransi.

Memang, pada dasarnya usaha tidak dapat diasuransikan, namun ASET USAHA sangat bisa diasuransikan. Aset usaha berupa tempat usaha, barang dagangan, atau jenis aset lainnya, masih bisa diasuransikan.

Caranya, dengan menghubungi perusahaan asuransi kerugian. Bersama mereka, dapat dihitung berapa besaran aset yang dapat diasuransikan. Selain itu, konsultasikan mengenai produk yang paling sesuai dengan risiko yang paling mungkin terjadi terhadap usaha.

5. KESUNGGUHAN DAN DISIPLIN
Sebenarnya tidak ada patokan berapa besar modal uang yang dibutuhkan, tapi yang paling utama adalah modal kesungguhan dan disiplin menjalani proses. Namun, tidak mungkin bisa menjalankan usaha tanpa ada uang sama sekali. Tetap dibutuhkan perhitungan modal sebelum menjalankan usaha.

Nah, besaran modal yang dibutuhkan tersebut sangat tergantung dengan jenis dan besaran usaha yang akan dijalankan. Kalau dimulai dari usaha yang kecil, hanya dengan dana Rp 100 ribu pun sudah bisa memulai usaha. Begitu pula untuk usaha yang lebih besar.

Tapi, dengan dana Rp 1 Milyard, modal usaha juga bisa kurang jika digunakan untuk usaha jenis lain. Jadi modal usaha memang sangat tergantung jenis dan skala besaran usahanya.

Sebaiknya kalkulasikan dengan baik sasaran usaha yang akan dilakukan dan sisihkan dahulu penghasilan sebagai modal usaha kelak.

Berapa dana yang disisihkan? Minimal sisihkan 30 persen dari penghasilan untuk dikumpulkan sebagai modal usaha. Anggaplah usaha ini kelak sebagai investasi di masa depan.

Semoga ulasan singkat ini bermanfaat. Selamat mencoba. Yang terpenting justru, jangan terlalu merencanakannya tanpa ada tindakan memulai sama sekali. Begitu merasa semua hampir mendekati persiapan, segeralah mulai. Usaha apapun tidak lah penting, namun mencobanya segera itu jauh lebih penting.

TALK LESS, ACTION MORE !, Barakallah fiikum....

Pramono Dewo
Penggiat Kewirausahaan

Thursday, January 24, 2013

Seminar Selera vs Salary

Tahukah Anda, sebagian besar pengeluaran kita tidak di tentukan oleh faktor kebutuhan, tetapi karena faktor "Selera" atau keinginan. Apakah salah mengikuti selera? Tidak juga. Tapi, ada saatnya selera harus berkompromi dengan salary. Nah, gimana kalau salary tidak bisa ngikutin selera? Mau tahu bagaimana menemukan keseimbangan antara selera dan salary? Datang aja langsung ke seminar ini. Jangan sampai kelewat ya!

Hari/Tanggal   : Sabtu, 26 Januari 2013
Waktu            : 09.00 - 12.00 WIB
Tempat           : Estubizi Business Center, Setiabudi Building 2 1th Floor,
                        Jl. H.R. Rasuna Said Kav. 62, Kuningan, Jakarta 12920    

Info Pendaftaran :
email: klubsuksesmulia@kubik.co.id  
atau hubungi call center kami di
021 294 000 100 ext. 28
0812 98000 710

Monday, January 21, 2013

Ingin Bisnis Toko Buku Online, Simak Tipsnya

Pertanyaan:

Assalamu'alaikum wr. wb.

Saya mau bertanya, Pak. Saya sangat ingin membuka bisnis penjualan buku online, tetapi terus terang saya tidak mempunyai modal. Saya mencari-cari informasi menjadi reseller tetapi tidak ada. Bagaimana cara saya bisa mendapatkan buku-buku tersebut dengan harga penerbit? Apakah saya harus membeli banyak terlebih dahulu? Mohon bantuannya. Terima kasih. Wassalamu'alaikum wr. wb.


Rakmita H.



Jawaban:

Wa'alaikumsalam wr. wb.

Untuk Mbak Rakmita, sesuai dengan apa yang disampaikan, maka dalam mencari kerjasama dengan penerbit memang harus dibuat dalam proporsi yang seimbang dalam kapasitas negosiasi. Tentu bila berhadapan dengan penerbit besar mungkin akan sulit menggunakan mekanisme konsinyasi, namun begitu banyak penerbit baru yang muncul dengan varian buku yang menarik.

Celah di mana penerbit baru perlu mempromosikan produknya dapat dimanfaatkan dengan baik, dalam mendorong pola kerjasama yang lebih fleksibel. Namun demikian, yang tetap dipegang teguh adalah menjaga kepercayaan baik dari suplier maupun customer.

Sudah tidak terbilang Situs Belanja Online yang tidak berkomitmen dalam delivery dan penyelesaian akhir. Untuk itu, harus disiapkan pola distribusi dan service yang dapat memuaskan pelanggan. Dalam hal ini, yang umumnya menjadi kesadaran pelanggan adalah Speed & Simplicity (Cepat & Mudah). Jadi, fitur dalam situs online Anda nantinya harus mengakomodir hal tersebut.

Selain itu, harapan pelanggan dalam berbelanja online adalah hemat waktu serta tenaga, termasuk harga yang kompetitif. Untuk hal itu, maka segera buat pola layanan yang mengutamakan nilai tambah seperti tambahan gimmick, atau penjualan dengan menggunakan sistem paket, bahkan pembelian bagi kumpulan seperti klub membaca dll.

Agar menarik orang berkunjung ke situs, Anda bisa promosi melalui adwords dll, ataupula dengan sesekali mengadakan partisipasi online dalam kuis bahkan berbentuk lomba essay juga menarik. Kembali kepada persoalan kebutuhan mendapatkan Suplier buku, tentu hal itu juga berkaitan dengan spare modal yang dipersiapkan, stok buku dalam jumlah tertentu perlu dipersiapkan.

Nah, saran saya hubungi pihak penerbit tidak ada salahnya penerbit besar juga dikonfirmasi, toh mereka saat ini rasanya juga sudah mulai menggarap sektor e-commerce. Bisa jadi, terdapat kemungkinan untuk menjadi refferal online book shop dari penerbit secara langsung. Ingat prinsip dalam berwirausaha, jangan pernah menyerah dan jangan mengeluh serta kuatkan mental dan laksanakan apa yang telah dirumuskan sesuai dengan strategi bisnis Anda.

Demikian yang dapat disampaikan Mbak Rakmita, semoga segera membuka Online Book Shop-nya, ya. Salam Entrepreneur. (EK)


Ery Kasman, SE, MSi
Direktur Entrepreneur Institute Cinere

Sumber : republika.co.id

Tuesday, June 19, 2012

Perbedaan Pola Hidup Orang Kaya dan Miskin

Orang Miskin dan Kelas Menengah Bekerja Untuk Uang Orang Kaya Mempunyai Uang yang Bekerja Untuk Mereka

Seringkali kita dengar sebuah cerita yang biasa terjadi, orang menengah begitu lulus sekolah mereka bekerja dan kemudian ketika mereka menemukan pasangan mereka menikah dan karena dua-duanya bekerja mereka merasa cukup dapat penghasilan.

Untuk itu mereka memberanikan diri untuk mencicil rumah. Dan kemudian datang lah kabar gembira bahwa yang perempuan hamil. Dan untuk itu yang lelaki bekerja lebih keras lagi untuk menyambut kehadiran sang bayi. Dan begitu bayi lahir dan bayi berikutnya lahir, keduanya termotivasi untuk mengejar uang lebih keras lagi. Waktu berlalu dan mereka berdua dipromosikan dan naik gaji.

Dan ketika bertambah bayi berikutnya akhirnya yang laki-laki meminta sang istri berhenti bekerja untuk merawat anak. Dan sang suami bekerja lebih keras lagi sampai akhinya dipromosikan dan naik gaji lagi. Dan kerena gaji cukup besar, maka beranilah mulai menyicil mobil. Dan seiring anak-anaknya bertambah besar, rumah yang kecil tadi semakin penuh sesak dan begitu gaji besar maka mulai menyicil rumah yang lebih besar.

Dan ketika anak-anak mulai besar maka mulai menyicil mobil berikutnya. Dan ketika karir melonjak lebih bagus lagi karena di angkat menjadi direktur maka mulailah menyicil rumah mewah dan ada kolam renangnya. Terus dan menerus sampai akhirnya mereka mati meninggalkan hutang. Mereka seumur hidup menjadi budak uang.

Sedangkan orang kaya, mereka begitu lulus atau bahkan sebelum lulus mereka bekerja untuk mendapatkan pengetahuan, uang dan kenalan dimana akhirnya uang bekerja untuk mereka. Mereka menunda kesenangan, mengumpulkan uang, pengetahuan, dan kenalan kemudian mereka menginvestasikan ketiganya tadi sehingga uang bekerja untuk mereka dengan atau tanpa berkerja.

Contoh:
Mereka menyisihkan uangnya menggunakan pengetahuan serta kenalan untuk mendapatkan usaha-usaha yang menghasilkan uang tanpa harus terlibat terlalu banyak. Mungkin mereka akan invest ke kost-kost an, sarang burung wallet, reksadana, saham yang menghasilkan deviden, royalty, dan ketika pasif income-nya jauh lebih besar daripada gaya hidupnya, mereka aman dalam arti yang sungguhnya.

Pertanyaan:
Kalau Anda berhenti kerja sekarang, berapa lama anda akan bertahan hidup?

Tingkatkan pendapatan Anda melalui berbisnis dengan cara yang revolusioner
Entah Anda masih karyawan saat ini, belajar ilmunya dan jadilah Staff Kesayangan atasan Anda
Temukan jawabannya di Produk Business Mastery in a Box oleh Tung Desem Waringin
http://www.tdwclub.com

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls